Sistem pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture system) melalui pendekatan yang partisipatif
memiliki tujuan untuk meningkatkan kapasitas petani dalam mengambil keputusan
dan merangsang tumbuhnya inovasi-inovasi lokal dengan melakukan ujicoba dan
pembaruan teknologi. Selama ini partisipasi petani dalam pengembangan teknologi
diperlihatkan oleh mereka melalui berbagai ujicoba dan penggabungan pengetahuan
baru dengan teknologi tradisional dalam kegiatan usaha tani. Mereka merasakan sistem pertanian yang sudah
ada mengalami perubahan terus seiring dengan bertambahnya pengalaman, informasi
baru, meningkatnya jumlah penduduk, munculnya aspirasi baru, produktivitas
lahan yang menurun dan sumber daya alam yang
terbatas.
Dalam pertanian, pengembangan teknologi merupakan
suatu proses yang tidak akan pernah berakhir.
Suatu sistem usaha tani yang produktif dan berkesinambungan memerlukan
penggabungan antara teknik dan input yang berubah terus menerus. Kualitas benih menurun, serangga dan hama menyebar dan
berkembang menjadi resisten, fluktuasi harga di pasar, munculnya input baru dan
input yang lama menjadi mahal, perubahan hukum pertanian dan ekonomi dan
keberhasilan teknologi secara temporer menjadi kurang menguntungkan karena
penyebarannya menekan harga-harga di pasar (Bunch,
1985). Untuk itu penting membangun
kemampuan yang terus menerus berinovasi daripada menghasilkan teknologi yang
statis
Dinamisme teknologi pada sistem pertanian sebagian
besar dimulai dari proses pembaruan dan
adaptasi, mereka mengembangkan menjadi
bermacam-macam sistem pertanian yang disesuaikan dengan kondisi tingkat
komunitas, ekologis, ekonomis, dan sosiokultural. Petani terdorong untuk mengunakan
pengetahuan, pengalaman dan nilai-nilai mereka dalam memilih, mencoba dan
mengadopsi teknologi “input” yang semata-mata bukan merupakan rekayasa dari luar namun
justru menggunakan potensi teknologi yang telah ada dan selama ini berkembang
di masyarakat (indigenous technology).
Munculnya petani-petani sebagai “inovator” dengan
gagasan-gagasan teknologi inovatif yang telah dipraktekan secara integral
mengarah kepada pemanfaataan sumber daya setempat/lokal untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Kreasi-kreasi teknologi tradisional inovatif yang cenderung
ramah lingkungan dan dikembangkan misalnya: pestisida nabati, pupuk organik, teknik
bercocok tanam, teknik pembibitan, alat
tanam, pengelolaan iklim mikro, pengelolaan air, pengendalian erosi dan
sebagainya, yang diantaranya sebagai jawaban terhadap tantangan yang akan mereka
hadapi pada perkembangan era pertanian ramah lingkungan (ecoagribusiness) masa mendatang.
Beberapa contoh hasil inovasi teknologi ramah
lingkungan yang dikembangkan oleh beberapa petani inovator sesuai dengan
kondisi lokal setempat, contohnya kelompok tani di Desa Ciburuy,
Kec. Cigombong Bogor menggunakan daun pohon picung dan suren untuk mengendalikan
hama pada padi dan sayuran, begitu pula
daun tanaman kipahit (papahitan) oleh mereka digunakan sebagai pupuk hijuan
sumber N dan bio pestisida untuk mengendalikan imago/kupu hama penggerek pada
lahan penyemaian padi. Sedangkan keong mas yang selama ini dianggap sebagai hama padi, mereka manfaatkan sebagai bahan pembuat pupuk
cair yang dicampur dengan serpihan teri dan
telur ayam.
Input-input teknologi lokal yang mereka kembangkan merupakan proses interaksi
kreatif antara komunitas petani setempat dengan fasilitator dari luar
(penyuluh) dalam melakukan uji coba lokal dengan berbagai pilihan yang berasal
dari pengetahuan khas setempat, yaitu dari pengalaman petani setempat, petani
di luar desa maupun yang berasal dari pengetahuan formal.
Kegiatan-kegiatan yang berorientasi
pada keberlanjutan proses pengembangan teknologi lokal tersebut harus dibarengi
dengan pengembangan organisasional. Para
anggota tani yang tergabung dalam wadah petani seperti Gapoktan, Koperasi tani
dapat mengembangankan fungsi-fungsi baru sebagai praktisi dan fasilitator
pengembangan teknologi partisipatoris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar